Demikianpula dengan Perjamuan Kudus yang biasanya dilaksanakan pada hari Jumat Agung atau hari Paskah dapat ditiadakan pada tahun ini. Kedua, pelaksanaan Perjamuan Kudus di rumah masing-masing mengacu pada Jemaat Kristen mula-mula bersekutu di rumah-rumah untuk berdoa dan memecahkan roti (Kisah Para Rasul 2: 42 dan 46). Sumber Dokumentasi GKI Manyar Beberapa hari yang lalu seorang anggota jemaat mengirimkan pesan via WhatsApp kepada saya kira-kira demikian “Bu Pendeta, tolong tanya bagaimana prosedur untuk mengikuti Perjamuan Kudus melalui live-streaming? Bolehkah kami sediakan roti dan anggur sendiri di rumah, atau jika tidak, di mana kami bisa mendapatkan roti dan anggur tersebut?” Bagi saya, pertanyaan tersebut menyiratkan kerinduan akan tanda cinta Tuhan melalui Perjamuan Kudus. Sampai saat ini sudah tiga kali kita merayakan hari Minggu dengan ibadah di rumah dalam ibadah secara daring/online. Mungkin Anda bertanya, “Jika demikian, mengapa kita tidak merayakan Perjamuan Kudus secara online saja? Tidakkah Jumat Agung akan kehilangan makna, tanpa Perjamuan Kudus?” Wajar jika timbul pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sehari usai melayankan ibadah secara daring pertama kali pada Minggu, 22 Maret 2020, sejujurnya saya mulai memikirkan kemungkinan umat merayakan Perjamuan Kudus pada Jumat Agung di rumah masing-masing, mengingat pandemi Covid-19 di Indonesia semakin hari semakin memprihatinkan. Saya berkomunikasi dengan Pdt Handi Hadiwitanto, Ketua Umum BPMS GKI, karena hal ini pasti membutuhkan kajian bersama di dalam kesatuan tubuh GKI. Tidak lama kemudian, kami para pimpinan GKI berdiskusi dalam grup WhatsApp yang dibentuk pada hari itu juga untuk membicarakan topik ini, serta perihal ibadah selama Minggu Palmarum hingga Paskah. Ada tiga opsi yang muncul. Opsi pertama, tidak melaksanakan perayaan Perjamuan Kudus pada Jumat Agung. Opsi kedua, merayakan Perjamuan Kudus di dalam kebaktian Jumat Agung yang dilayani secara online. Opsi ketiga, Perjamuan Kudus tetap dilaksanakan oleh pelayan liturgi, tetapi umat hanya melihatnya dari rumah sambil meyakini bahwa mereka juga sudah menerima Perjamuan Kudus secara spiritual. Sumber Dokumentasi GKI Manyar Mengapa akhirnya GKI memilih opsi yang pertama, yaitu menunda perayaan Perjamuan Kudus alias tidak merayakan Perjamuan Kudus pada Jumat Agung? Secara tradisi liturgi, perayaan Perjamuan Kudus di GKI sebenarnya tidak terkait erat dengan tahun gerejawi. Perjamuan Kudus tidak diadakan setiap hari Minggu. Dan juga tidak diadakan pada hari raya gerejawi seperti Natal, Pentakosta, atau Kenaikan Kristus. Perayaan Perjamuan Kudus yang terkait dengan tahun liturgi hanyalah saat Jumat Agung. Inipun karena kita mewarisi tradisi Gereja Belanda. Secara oikumenis, sebenarnya perayaan Perjamuan Kudus diadakan saat Paskah. Namun pada kenyataannya, saat ini sebagian jemaat GKI merayakan Perjamuan Kudus pada kebaktian Jumat Agung, sebagian lagi pada kebaktian Paskah. Kapan pelaksanaan Perjamuan Kudus tidaklah menjadi mutlak. Dengan demikian, tidak merayakan Perjamuan Kudus saat Jumat Agung tidaklah menjadi masalah. Lantas apakah Jumat Agung tidak akan kehilangan makna, jika tidak ada Perjamuan Kudus? Pasti tidak. Kita ingat bahwa Sakramen Perjamuan Kudus merupakan tanda anugerah Allah. Sebagaimana halnya tanda atau simbol, ia tidak menggantikan apa yang hendak ditandai atau disimbolkan. Sebagai contoh, cincin yang disematkan oleh seorang mempelai sebagai tanda cinta, tak akan pernah bisa menggantikan cinta itu sendiri. Apa jadinya, jika suatu saat cincin itu hilang atau harus dilepaskan dari jarinya, karena alasan tertentu? Apakah ia akan otomatis kehilangan cintanya? Pasti tidak. Karena cinta tak tergantikan oleh cincin. Cinta lebih bernilai daripada cincin. Demikian pula cinta Kristus. Jika demikian, apakah Perjamuan Kudus masih berharga untuk kita rayakan, jika ia hanyalah tanda? Pasti. Semakin kita menghayati cinta Kristus, akan membuat kita semakin menghargai tanda cinta-Nya, yaitu Perjamuan Kudus itu sendiri. Perjamuan Kudus membawa kita pada peringatan akan karya kasih Kristus anamnesis, bahasa Latin, artinya mengenang. Perjamuan Kudus juga membawa kita pada persekutuan, baik dengan Allah, maupun dengan sesama. Itulah sebabnya kita senantiasa diingatkan untuk memeriksa diri dan bertanya, “Apakah kita sudah hidup dalam damai dengan Allah dan sesama?” Di sini mulai bisa dilihat kesulitan teologis, jika Perjamuan Kudus dilaksanakan di rumah, atau di tempat kost kita masing-masing, baik seorang diri ataupun bersama keluarga, meskipun dalam ibadah yang dilayankan secara online atau streaming, bukan? Ya, Perjamuan Kudus sangat menekankan aspek komunal disebut sebagai komuni, communion artinya kebersamaan, di mana umat makan bersama di dalam persekutuan umat. Itulah sebabnya, jika ada anggota jemaat yang sakit, pendeta dan penatua akan tetap melayankan Perjamuan Kudus di rumah atau di rumah sakit, karena anggota jemaat tersebut tetap merupakan bagian dari persekutuan umat. Saya tak bisa membayangkan bagaimana jika Perjamuan Kudus kita rayakan saat ini, sementara ada saudara kita yang harus berada di ruang isolasi atau para tenaga kesehatan yang harus menjalani karantina mandiri usai berjuang di garda depan bagi kesembuhan pasien Covid-19. Perjamuan Kudus mengingatkan kita untuk berbelarasa dengan saudara-saudara kita, tanpa batas. Sumber Dokumentasi GKI Manyar GKI memilih untuk mengutamakan keterlibatan umat, daripada melaksanakan Perjamuan Kudus di tengah situasi social distancing dan physical distancing saat ini. Itulah sebabnya GKI tidak memilih opsi ketiga, di mana saat Perjamuan Kudus ditayangkan, umat hanya melihat sembari meyakini bahwa mereka juga sudah menerima Perjamuan Kudus secara spiritual. Ketika kita bersama-sama mengecap roti dan anggur, kita sedang menghayati tanda kehadiran Kristus setiap hari di dalam hidup kita, yang mewujud dalam kebutuhan yang paling pokok dalam hidup kita yaitu makanan dan minuman. Dia hadir di sini, saat ini! Dia, Kristus, yang mengajar kita untuk mempercayai Allah sebagai Bapa yang memelihara hidup kita setiap hari, sebagaimana Doa Bapa Kami yang juga kita ucapkan dalam perayaan Perjamuan Kudus ini. Doa dan harapan kita saat ini adalah kita dapat merayakan Perjamuan Kudus bersama saudara-saudara kita di seluruh GKI, mulai dari Batam hingga Denpasar-Bali. Kapan itu? Akan tiba saatnya! Karena bersama-sama kita pasti bisa melewati badai Covid-19 ini. Bukankah Perjamuan Kudus membawa kita selalu dalam pengharapan, keyakinan iman, belarasa sekaligus ungkapan syukur? LM Baca juga
JumatAgung memperingati wafatnya Yesus Kristus, biasanya digelar dengan Pelaksanaan Sakramen Perjamuan Kudus pada Ibadah Jumat Agung. Sedang Ibadah Minggu Paskah dalam rangka memperingati kebangkitan-Nya. Baik Ibadah Jumat Agung maupun Minggu Paskah, umat Kristen biasanya merayakan di gereja mereka masing-masing. Namun, berkenaan wabah Corona
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID UQwVgMlYaekL1IdeXyxwc6hFydBeinklmGtD7R1y5SROJJggpIQMsg==
TRIBUNMANADOID - Ibadah perjamuan kudus memperingati hari raya Jumat agung di jemaat GMIM Tesalonika CBA Gold Mapanget Minut berjalan dengan khusyuk, Jumat (15/4/2022). Ibadah dipimpin Pdt Judit
MANADO - Sejarah tercipta. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Gereja, jemaat atau umat tidak beribadah dalam sebuah komuni di gereja. Jumat 10/04/2020, seluruh umat Kristen di dunia melaksanakan ibadah Jumat Agung-sebuah penghayatan akan kisah pengorbanan Yesus-di rumah masing-masing. Termasuk di dalamnya, ratusan ribu warga Gereja Masehi Injili di Minahasa GMIM yang oleh anjuran social distancing demi memutus penularan Coronavirus Desease Covid-19 harus beribadah di rumah. Sedikitnya seribu jemaat GMIM di Indonesia dan beberapa kota di dunia melaksanakan ibadah Jumat Agung dan Perjamuan Kudus serentak mulai pukul waktu setempat. "Setelah ribuan tahun, berabad-abad dalam sejarah keberadaan gereja, kita merayakan Jumat Agung dan Perjamuan Kudus di rumah," demikian kata Ketua BPMS GMIM, Pdt Dr Hein Arina MTh dalam ibadah Jumat Agung yang menuntun jemaat secara daring, Jumat pagi. Pembacaan Alkitab diambil dari Injil Matius 2745-53 dengan judul Yesus Mati. Arina dalam khotbahnya mengutarakan, momen ini mengajak jemaat berefleksi. Bahwa kehadiran Allah tidak memandang tempat. Di mana saja, kapan saja, kita bisa beribadah. Kisah pengorbanan Yesus di Bukit Golgota merupakan teladan akan kasih tanpa syarat. Yesus mengajarkan kita untuk meneladani pengorbanan dan pengampunan yang tulus. "Masa ini membuat kita berefleksi. Sebagai sebuah solidaritas bersama umat manusia di seluruh dunia," katanya. Kemudian, jikalau jemaat boleh melaksanakan Perjamuan Kudus di rumah. Bukan berarti mengurangi pemaknaan akan pengorbanan Yesus. "Jika kita Perjamuan Kudus di rumah, itu tidak mengurangi maknanya. Tidak akan memiskinkan persahabatan, persaudaraan dan kekeluargaan kita," ujarnya. Bahkan, justru mempererat jalinan kasih sayang sebagai keluarga pendeta, Perjamuan Kudus memberi teladan, persahabatan yang kuat, saling melayani dan saling memberi. Ia pun berpesan, di masa berat menghadapi Pandemi Covid-19, jemaat GMIM diajak bersolidaritas, melakukan diakonia. Apa pasal? Tidak sedikit di antara jemaat yang kehilangan pekerjaan, tidak bisa berproduksi, menghadapi resesi di depan mata. "GMIM melalui perangkat pelayanan, ketua jemaat hingga pelsus kiranya boleh melihat anggota yang terdampak. Bukan sekadar memberi bantuan seadanya tapi sangat diharapkan ada pemberdayaan," katanya. Menurut Arina, kepatuhan GMIM yang mengajak jemaat menerapkan social distancing dan physical distancing merupakan bagian dari panggilan iman. "Social Distancing dan physical distancing adalah wujud ekspresi iman kita," katanya. Peristiwa Jumat Agung dan Perjamuan Kudus yang digelar tidak di gereja memberi pengalaman tak ternilai bagi jemaat. "Ini untuk pertama kalinya dan mungkin satu-satunya. Akan selalu dikenang," kata Arthur Bawole, mahasiswa Fekon Universitas Sam Ratulangi Manado asal Sitaro. Senada, Dio Grendio Tambun mengatakan, peristiwa Jumat Agung yang digelar oleh jemaat masing-masing di rumah mengajarkan nilai pentingnya kebersamaan sebuah keluarga. "Dengan adanya Pandemi ini, kita sangat mudah berkumpul dengan keluarga, selalu bersama di saat ibadah," kata Dio, jemaat Imanuel Bahu.ndo • Setelah Dinyatakan Sembuh dari Virus Corona, Pasien Ini Disambut Warga Pakai Spanduk Selamat Datang
UcapanJumat Agung 2022 bahasa Inggris, Indonesia, dan artinya. Sebelum Jumat Agung, ada Kamis Putih, yaitu saat perjamuan terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya pada malam sebelum Penyaliban-Nya. Jumat Agung berbeda dengan perayaan gereja Katolik pada umumnya karena hanya dibagi dalam 3 perayaan kudus yaitu, perayaan sabda, penghormatan
Ilustrasi Jumat Agung Foto UnsplashBagi umat Kristen dan Katolik, Jumat Agung merupakan peringatan penting. Perayaan ini dirayakan setiap tahun dengan kebaktian di gereja. Beberapa gereja juga memperingatinya dengan melakukan sakramen Perjamuan Agung selalu dirayakan pada hari Jumat sebelum perayaan Paskah. Tahun ini, Jumat Agung jatuh pada Jumat, 2 April 2021. Sedangkan, Paskah jatuh pada Minggu, 4 April Jumat AgungMengutip situs Learn Religion, Jumat Agung adalah peristiwa kematian Yesus Kristus di kayu salib sebelum Dia akhirnya bangkit pada hari yang ketiga. Sebelum meninggal, Yesus sempat menjalani perjamuan kudus dengan murid-murid-Nya. Yesus tahu bahwa dirinya akan menanggung dosa umat manusia. Ia pun berdoa kepada Bapa di Taman Getsemani. Doa Yesus dimuat dalam Matius 2639, yaitu"Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."Setelah berdoa, Yesus ditangkap oleh sejumlah tentara. Rupanya, salah satu murid-Nya, Yudas Iskariot telah berkhianat dan menjual Yesus demi uang. Dia pun diadili dan dijatuhi hukuman dipukuli, dicambuk, dipakaikan mahkota duri, dan dipaksa memikul salib besar yang berat. Kemudian, tangan dan kakinya dipaku untuk ditempelkan pada kayu salib. Setelah itu, Yesus disalibkan di bukit jam tiga sore, Yesus meninggal dunia. Ia lalu dikuburkan di makam dekat bukit tersebut. Namun, kematian itu sudah dikalahkan karena Yesus Kristus bangkit pada hari yang Kubur Yesus Foto UnsplashMakna Jumat AgungJumat Agung mengandung makna mendalam bagi umat Kristen dan Katolik. Peringatan ini menjadi bentuk cinta kasih dan pengorbanan Yesus Kristus kepada manusia yang penuh dengan Yesus tidak melakukan kesalahan, Ia rela disiksa dan mati di kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan maut. Dia juga memberikan jaminan hidup kekal untuk sisi lain, peringatan ini juga mengingatkan kita bahwa penderitaan bukanlah akhir. Setiap orang akan memikul salib masing-masing, atau masalah. Namun, kita tidak boleh menyerah. Kita harus terus berjuang dan menaruh pengharapan kepada Tuhan Itu Jumat Agung?Kapan Jumat Agung 2021 Diperingati?Simbol Jumat Agung

MEMPERINGATIJumat Agung, seluruh jemaat HKBP Bukit Sion, Tiban Lama, Tiban melangsungkan perjamuan kudus, Jumat (30/3/2018). Ibadah yang berlangsung sejak pukul 10.00 WIB pagi ini, berlangsung khidmat dan diikuti dengan serius oleh seluruh jemaat. Perjamuan Kudus yang disimbolkan dengan memakan roti dan meminum anggur yang dibagikan oleh petugas gereja.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hari ini saya bersama segenap umat Kristiani di tanah air melaksnakan ibadah perayaan Jumat Agung yang ditandai dengan sakramen perjamuan kudus yang tidak dilakukan di dalam gedung gereja yang lasim dilakukan. Namun dilakukan di rumah rumah anggota jemat sebagaimana himbauan dalam menghadapi pendemi virus corona. Ini adalah pengalaman seumur hidup bagi saya dan kita semua, dimana untuk pertama kalinya menjalani ibadah secara live streaming atau online hanya di rumah pandemik corona yang berimbas global disemua aspek kehidupan umat menusia termasuk pada aspek peribadatan, membuat kita harus mengambil pilihan untuk tetap beribadah di rumah sebagai perlindungan dari dampak penyebaran virus tersebut. Mengikuti jalannya ibadah perjamuan kudus yang dituntun Pendeta dari balik layar laptop secara online, sembari merefleksikan simbol roti yang kita makan dan anggur yang kita minum, sebagai pengorban tubuh dan darah Kristus yang mati di kayu salib. "Silahkan saudara yang di rumah ambilah makanlah roti dan minumlah anggur yang sudah ada di rumah sebagai peringatan akan tubuh dan darah Kristtus," kata Pendeta di GKST Imanuel Palu selaku khadim. Roti dan aggur adalah tanda sebagai sarana menguatkan iman dan percaya pada Yesus yang telah berkorban untuk kita manusia. Namun sebagai orang percaya, kita tidak hanya mengingat kematian Kristus semata, namun juga mengaktualisaasikan makna akan karya dan pengrobanan Kristus dalam kehidupan sehari hari. Momentum Jumat Agung sebagai simbol kematian Yesus Kristus di atas kayu salib, selayaknya menjadi menjadi momentum refleksi atas kebaikan Tuhan dalam penebusan dosa manusia. Sekaligus sebagai ungkapan syukur atas kebaikan dan cinta kasih Allah yang diaktualisasikan dalam sebuah ibadah bersama umat lainnya di gereja. Sekaligus duduk bersama dalam meja perjamuan kudus untuk menghayati roti yang kita makan dan anggur yang kita minum semberi memaknai perintah Yesus yakni "perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."Namun virus corona harus membuyarkan semua keinginan untuk bisa beribadah bersama dan berinteraksi sosial dengan umat yang lain. Keinginan untuk mengikuti perjamuan kudus secara bersama sama dengan umat dan menghayati sepenuh hari makna terdalam dari perjamuan tersebut harus ditunda. Juga keinginan untuk berjabat tangan dengan Khadim dan para Majelis yang sudah melayani saat ibadah usai. Roti dan Anggur yang dibagikan ke Jemaat untuk perjamuan kudus di rumah. Doc Pri Dampak pandemik corona membuat kita menahan semua kenginan keinginan dan niat baik tersebut. Sebaliknya kita ditantang untuk semakin memaknai kematian Yesus pada Jumat Agung sebagai bentuk pengorbanaNya kepada kita umat manusia. Dan tentu saja bagaimana memaknai kematian tersebut dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, dalam fase penyebaran pandemik global saat ini yang kita jalani dengan berada di rumah. Perayaan Jumat Agung tahun ini menjadi relevan dengan kondisi saat ini dalam menjalani fase tidak menentu kapan pandemik corona akan berakhir. Yang kita tahu dalam fase saat ini, kita banyak terbuang waktu dan kesempatan untuk melakukan interaksi sosial dengan sesama, karena larangan untuk membatasi adanya pertemuan pertemuan tersebut. Sebuah interaksi sosial selayaknya yang mendatangkan rasa kebersamaan, persaudaraan persahbatan dan cinta kasih saat bertemu Yesus mengalami kematian di Bukit Golgata, kesedihan yang mendalam orang orang terdekat. Kehilangan orang yang dicintai memang akan selalu menghadirkan kesedihan. Begitu pun dalam pendemik corona, kita banyak menyaksikan keluarga yang sangat bersedih atas kehilangan anggota keluarga akibat terjangkit virus tersebut. Juga kesedihan bagi mereka yang tidak bisa bekerja bahkan ada yang sampai kehilangan pekerjaan, sementara harus memberi makan anggota rasa sedih bagi mereka yang mendapat stigma negatif, hanya karena postif terpapar penularan virus. Semua rasa duka dan tangisan dari balik tembok rumah orang orang membutuhkan penguatan tersebut, adalah 'penyaliban' penderitaan yang membutuhkan bantuan kita guna 'penebusan' pegumulan yang mereka pengorbanan Yesus di kayu salib adalah merefleksikan cinta kasihNya kepada umat manusia. Itulah sebabnya rasa cinta terhadap sesama tidak harus tergerus hanya karena adanya pandemik corona. Gedung gereja yang saat ini boleh saja tertutup sebagai implementasi menghentikan sementara aktivitas beribadah. Namun gereja tidak harus tertutup rapat dalam aktualisasi kemanusiaannya. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
MPHJemaat GKE DKI Jakarta, mengundang kita semua untuk beribadah merayakan Jumat Agung (dilaksanakan Perjamuan Kudus). Ibadah akan dilaksanakan pada hari Jumat, 15 April 2022, pukul 09.30 Wib bertempat di Aula Serbaguna "ANTIOKHIA" GKE DKI Jakarta dengan alamat:
\n \n\n\n\n\nperjamuan kudus jumat agung
Sebanyak344 orang jemaat GKPI Pakpahan menghadiri kebaktian Jumat Agung pada hari ini Jumat 15 April 2022. Ibadah Jumat Agung pada tahun ini dirangkai dengan pelayanan Perjamuan Kudus. Perjamuan Kudus ini merupakan pelayanan Perjamuan Kudus yang pertama kalinya dilakukan secara umum semenjak pandemi covid 19 melanda dunia pada awal 2020 yang eP7l6sd.
  • 2y8rv8d41q.pages.dev/324
  • 2y8rv8d41q.pages.dev/340
  • 2y8rv8d41q.pages.dev/270
  • 2y8rv8d41q.pages.dev/95
  • 2y8rv8d41q.pages.dev/200
  • 2y8rv8d41q.pages.dev/220
  • 2y8rv8d41q.pages.dev/397
  • 2y8rv8d41q.pages.dev/356
  • 2y8rv8d41q.pages.dev/45
  • perjamuan kudus jumat agung